Langkah Cepat Mendulang Rupiah Dari Generasi Muda
Muda, melek teknologi,
sadar fashion, dan mengikuti perkembangan dunia. Itulah gambaran generasi muda
muslim Indonesia masa kini.
Lihat saja ketika ada
fashion show busana muslim, event ini selalu dibanjiri oleh muslimah-muslimah
muda hijaber yang antusias akan busana muslim dengan desain modis. Mereka pun
tak lepas dari teknologi digital dalam segala aktivitasnya.
Generasi muda di
Indonesia, khususnya pemeluk Islam dari generasi Y dan Z juga merupakan
konsumen yang antusias, dinamis, memiliki keterikatan dan komitmen, kreatif,
dan selalu menginginkan hasil terbaik. Patut dicatat pula, generasi muda Islam
di Indonesia mengambil porsi demografi sangat besar dari total populasi
Indonesia, sehingga pemikiran, pandangan, dan perilaku mereka patut menjadi
perhatian bagi siapa pun yang ingin mendapatkan manfaat dan menciptakan
simbiosis mutualisme dari mereka.
Secara umum oleh
berbagai lembaga, generasi Y (milenial) dikelompokkan dalam tahun kelahiran 1981
sampai 1994 dan generasi Z dikelompokkan dalam tahun kelahiran 1995 sampai
2010. Perpusnas.go.id menulis istilah generasi gawai (gadget) untuk menandai
kemunculan generasi milenial. Sebutan yang sebenarnya juga sangat cocok
disematkan kepada generasi Z. Alasan utamanya karena gawai sudah menjadi bagian
tak terpisahkan dari kehidupan mereka.
Generasi milenial pun
masih tersegmentasi lagi dan memiliki berbagai sebutan, antara lain google
generation, net generation, dan echo boomers. Pada tangan mereka, penggunaan
alat komunikasi, media, dan teknologi informasi berupa internet, surel, pesan
singkat, IM, Youtube, dan lain sebagainya meningkat sangat pesat. generasi muda
islam
Dengan keberadaan
teknologi yang semakin personal dan akses pengetahuan yang jauh lebih terbuka
dibandingkan generasi pendahulu, mereka semakin menginginkan kebebasan dalam
bertindak dan berpikir, senang melakukan kustomisasi dan personalisasi.
Generasi Y dan Z muslim di Indonesia, seperti layaknya generasi Y dan Z pada
umumnya, sangat mengandalkan kecepatan, hasil yang serba instan, dan komunikasi
real-time.
Dalam hal topik obrolan,
hasil survei Alvara Research Center (2014) menunjukkan bahwa generasi muda usia
15-24 tahun lebih menyukai topik terkait musik, film, olahraga, dan teknologi.
Sedangkan generasi usia 25-34 tahun lebih variatif dalam hal topik pembicaraan,
antara lain sosial politik, ekonomi, dan keagamaan.
Khusus berbicara
pandangan keagamaan, sebagai generasi muda yang tinggal di negara dengan jumlah
penduduk muslim terbesar di dunia dan menganut dasar negara Pancasila, mereka
memiliki pandangan keagamaan yang sangat beragam, antara lain ultra liberal,
liberal, moderat kiri, moderat kanan, konservatif, dan ultra konservatif.
Keberadaan pandangan keagamaan tersebut memunculkan pula wadah-wadah Islam yang
beragam untuk mengakomodir curahan pikiran generasi muda Islam Indonesia.
Marketer Memandang Pasar
Muslim
Pendidikan yang semakin
tinggi, ekonomi yang semakin mapan, dan akses terhadap pengetahuan global yang
semakin terbuka tak pelak membuat Islam menjadi budaya populer dan bukan lagi
teologi per se yang umum diketahui generasi X dan generasi-generasi terdahulu
yang lebih tua.
Kini, semakin mudah
menemukan generasi muda dan Islam yang kongkow di gerai-gerai kopi membicarakan
isu-isu dalam Islam, misal hijab dengan segala bentuknya. Selain urusan hijab,
mereka juga membicarakan isu-isu lain dalam Islam seperti hubungan suami dan
istri, film religi, perbankan, dan tentunya kehalalan makanan dan minuman yang
mereka konsumsi. Isu-isu yang sebelumnya sangat tabu pun kini sudah mulai
berani mereka bicarakan, misal seks dan segala kontroversinya.
Dari obrolan tersebut,
bagi para pebisnis dan marketer yang jeli, tentu mengetahui bahwa ada peluang
pasar dengan segmentasi muslim yang sangat besar di Indonesia. Sebagaimana
layaknya pemasar profesional, tentu mengetahui bahwa besaran segmentasi pasar
muslim Indonesia perlu diriset dan dilakukan irisan-irisan yang lebih mendalam
sekaligus terukur untuk mendukung kesuksesan eksekusi pemasaran guna menjawab
kebutuhan dan masalah konsumen muslim yang sangat beragam, misalnya
kewirausahaan, busana, dan kuliner.
Dalam hal kewirausahaan,
saat ini sudah ada berbagai komunitas yang menyasar segmentasi muslim yang
tertarik dan/atau sudah mendirikan bisnis sendiri. Pada umumnya, segmentasi ini
belum memiliki pengetahuan kewirausahaan yang baik, misalnya cara melakukan
riset pasar untuk mengetahui kebutuhan konsumen, desain produk sesuai
nilai-nilai yang dianut konsumen, komunikasi yang menarik perhatian konsumen,
hingga pengelolaan keuangan.
Keberadaan komunitas
atau lembaga pendidikan yang menyasar segmen muslim sudah menunjukkan langkah
awal marketing yang baik. Agar dapat berumur panjang dan memberikan manfaat
yang besar bagi para anggota dan simpatisan, tentunya konten pendidikan yang
diberikan harus benar-benar memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalah mereka.
Sebagai contoh,
pengetahuan bahwa segmentasi konsumen dapat dibagi berbasis geografi,
demografi, dan psikografi adalah pengetahuan dasar marketing yang wajib
diberikan. Dengan basis pengetahuan marketing yang baik, konsumen-konsumen
komunitas atau lembaga pendidikan yang mengambil fokus kewirausahaan dapat
melihat nilai-nilai konsumen yang mereka cari. Pada akhirnya, mereka mampu
merencanakan strategi dan taktik marketing—meski masih level amatir—yang
efektif dan efisien.
Berbicara urusan busana,
hijab sudah menjadi ciri khas muslimah. Bagi generasi muda Islam di Indonesia,
membicarakan hijab tidak bisa sembarangan, khususnya bagi mereka yang sudah
mapan, berpendidikan tinggi, dan sadar penampilan. Para muslimah Indonesia saat
ini sangat memerhatikan bahan yang digunakan, jahitan, hingga padu padan warna.
Maka, menjadi sangat
dipahami jika banyak desainer dan desain baju muslim bermunculan di Indonesia.
Kemunculan mereka memberikan efek berganda kepada prospek-prospek bisnis lain
yang menyasar generasi muda Islam di Indonesia. Misalnya vlogger tentang
cara-cara memakai hijab penuh gaya, memakai kosmetik bagi para pengguna hijab,
hingga tutorial padu padan busana muslim agar terlihat cantik dan menarik di
muka umum telah tumbuh bak jamur di musim hujan.
Dalam hal kuliner,
bisnis-bisnis yang menyasar muslim untuk urusan kuliner juga semakin banyak.
Sebagai contoh, di luar logo halal MUI, semakin banyak restoran yang umumnya
ditujukan bagi kalangan menengah bawah menuliskan di depan restoran bahwa
produk mereka halal dan aman dikonsumsi.
Bagi para pebisnis dan
marketer yang jeli, urusan perut konsumen muslim di Indonesia tidak lagi
sekadar halal dan haram. Mereka sudah mulai memerhatikan hal-hal simpel seperti
cara memasak, bumbu masakan, hingga ragam menu yang tersaji di atas meja makan.
Maka, kursus-kursus memasak dengan menu khas negara-negara dengan penduduk
mayoritas Islam mulai bermunculan. Selain kursus memasak, menu kuliner yang
sebenarnya lebih identik dengan Eropa namun sudah membaur dengan budaya khas
negara berpenduduk mayoritas muslim, mulai meraih popularitas di Indonesia,
misalnya es krim Turki.
Tiga contoh di atas
hanya sekelumit dari potensi bisnis yang menyasar generasi muda Islam di
Indonesia. Masih banyak potensi bisnis dan strategi pemasaran yang dapat
diterapkan kepada mereka. Kuncinya, ketahui sebaik mungkin masalah, kebutuhan,
dan karakteristik mereka. Lalu, susun strategi tajam berbasis pengetahuan
tersebut.
Andika Priyandana, dan berbagai sumber
0 Response to "Langkah Cepat Mendulang Rupiah Dari Generasi Muda "
Posting Komentar