Stephen Hawking Meninggal, Inilah Biografi Singkat dan Pandangan Nasib Umat Manusia Massa Depan Menurutnya!
Fisikawan teoritis asal
Inggris terikenal karena karya terobosannya soal lubang hitam dan
relativitas itu, merupakan pengarang beberapa buku sains populer, termasuk A
Brief History of Time.
"Kami sangat sedih
karena ayah tercinta kami telah meninggal dunia hari ini. Dia adalah ilmuwan
hebat dan pria luar biasa, yang pekerjaan dan warisannya akan dia jalani selama
bertahun-tahun," ujar Lucy, Robert, dan Tim, anak-anak Stephen Hawking,
seperti dikutip dari bbc.com, Rabu (14/3/2018).
Stephen Hawking
mengalami tetraplegia (kelumpuhan) karena sklerosis lateral amiotrofik. [1]
Sejarah Singkat Kehidupan Stephen Hawking
Stephen William
Hawking (8 Januari 1942 – 14 Maret 2018)
adalah fisikawan teoretis, kosmologi, pengarang, dan Direktur Penelitian Centre
for Theoretical Cosmology di Universitas Cambridge. Karya-karya
ilmiahnya meliputi kolaborasi bersama Roger Penrose tentang teorema
singularitas gravitasi dalam kerangka relativitas umum dan prediksi teori bahwa
lubang hitam mengeluarkan radiasi (biasa disebut radiasi Hawking). Hawking
adalah orang pertama yang memaparkan teori kosmologi yang dijelaskan dengan
menggabungkan teori relativitas umum dan mekanika kuantum. Ia adalah pendukung
interpretasi multidunia mekanika kuantum.
Hawking adalah Anggota
Kehormatan Royal Society of Arts (FRSA), anggota seumur hidup Pontifical
Academy of Sciences, dan penerima anugerah Presidential Medal of Freedom,
penghargaan sipil tertinggi di Amerika Serikat. Pada tahun 2002, Hawking
menempati peringkat 25 dalam jajak pendapat 100 Greatest Britons oleh BBC. Ia
menjabat sebagai Guru Besar Matematika Lucasian di Universitas Cambridge pada
tahun 1979 sampai 2009. Ia dikenal sebagai penulis buku sains populer yang
membahas teorinya sendiri dan kosmologi secara umum. Bukunya, A Brief History
of Time, masuk daftar buku terlaris Britania Raya versi Sunday Times selama 237
pekan.
Hawking mengalami
sklerosis lateral amiotrof (ALS) yang lambat, dini, dan langka (juga dikenal
sebagai penyakit saraf motorik atau penyakit Lou Gehrig) yang melumpuhkan
tubuhnya secara perlahan selama puluhan tahun. Sepanjang hidupnya, ia
berkomunikasi menggunakan satu otot pipi yang tersambung dengan alat bicara.
Hawking meninggal dunia tanggal 14 Maret 2018 pada usia 76 tahun
Mantan istrinya, Jane
Wilde menyatakan, saat proses perceraian pada 1991, Hawking adalah seorang
ateis. Pada September 2010, Stephen Hawking menyatakan bahwa Tuhan bukan
pencipta alam semesta.
Hawking menikah dengan
Jane Wilde, seorang murid bahasa, pada tahun 1965. Jane Hawking
mengurusnya hingga perceraian mereka pada tahun 1991. Mereka bercerai karena
tekanan ketenaran dan meningkatnya kecacatan Hawking. Mereka telah dikaruniai
tiga anak: Robert (lahir 1967), Lucy (lahir 1969), dan Timothy (lahir 1979).
Hawking lalu menikahi perawatnya, Elaine Mason (sebelumnya menikah dengan David
Mason, perancang komputer bicara Hawking), pada tahun 1995. Pada Oktober 2006,
Hawking meminta bercerai dari istri keduanya.
Ketika ditanyakan
mengenai IQnya pada tahun 2004, Hawking menjawab, "Saya tidak tahu. Orang
yang membanggakan IQnya adalah seorang pecundang.
Gelar Doktoral
Tahun pertama Hawking sebagai mahasiswa doktoral diterpa kesulitan. Ia awalnya kecewa karena dibimbing oleh Dennis William Sciama, salah satu pendiri kosmologi modern, alih-alih astronom ternama Fred Hoyle Ia mengetahui bahwa pengetahuan matematikanya tidak memadai untuk meneliti relativita umum dan kosmologi. Setelah didiagnosis mengidap penyakit saraf motorik, Hawking mengalami depresi – walaupun semua dokternya menyarankan agar ia melanjutkan penelitiannya, ia merasa tidak ada gunanya. Penyakitnya berkembang lebih lambat daripada prediksi dokter. Meski Hawking kesulitan jalan tanpa bantuan, ujarannya hampir tidak bisa dipahami. Diagnosis awal bahwa ia akan meninggal dua tahun lagi terbukti tidak benar. Berkat dorongan Sciama, ia melanjutkan penelitiannya. Hawking mulai dikenal atas kecerdasan keberaniannya setelah ia menantang secara terbuka tulisan Fred Hoyle dan bimbingannya, Jayant Narlikar, dalam sebuah kuliah pada bulan Juni 1964.
Stephen Hawking Mendapat Gelar Doktoral
Ketika memulai kuliah doktoralnya, kalangan fisikawan sedang memperdebatkan dua teori penciptaan alam semesta, Dentuman Besar dan Keadaan Tetap. Terinspirasi oleh teorema singularitas ruang-waktu Roger Penrose di tengah lubang hitam, Hawking menerapkan pemikiran yang sama untuk seluruh alam semesta. Pada tahun 1965, ia menulis tesisnya tentang topik ini. Tesis Hawking disetujui tahun 1966. Hawking mengalami banyak perkembangan positif: ia menerima keanggotaan sebagai peneliti di Gonville and Caius College, ia mendapat gelar PhD dalam matematika terapan dan fisika teoretis dengan spesialisasi relativitas umum dan kosmologi pada Maret 1966 dan esainya yang berjudul "Singularities and the Geometry of Space-Time" dan esai Penrose sama-sama memenangi Adams Prize.
Stephen Hawking: Pandangan Umat Manusia Di Masa Depan
Pada tahun 2006, Hawking
mengajukan pertanyaan terbuka di Internet: "Di dunia yang mengalami
kekacauan politik, sosial, dan lingkungan, bagaimana cara umat manusia bertahan
hidup sampai 100 tahun berikutnya?" Ia kemudian mengklarifikasi:
"Saya tidak tahu jawabannya. Itu sebabnya saya bertanya supaya masyarakat
memikirkan hal ini dan sadar akan bahaya yang kita hadapi saat ini."
Hawking khawatir bahwa
kehidupan di Bumi terancam oleh perang nuklir mendadak, virus yang mengalami
rekayasa genetik, pemanasan global, dan ancaman lain yang belum kita ketahui.
Bencana berskala planet tidak akan memunahkan manusia apabila manusia sudah
mendirikan koloni di beberapa planet lain terlebih dahulu. Hawking memandang
bahwa penerbangan antariksa dan kolonisasi antariksa penting bagi masa depan
manusia.
Hawking menyatakan bahwa
karena alam semesta sangat luas, alien mungkin ada, tetapi manusia sebaiknya
menghindari kontak dengan alien. Ia memperingatkan bahwa alien mungkin menguras
sumber daya di Bumi. Pada tahun 2010, ia mengatakan, "apabila alien
berkunjung ke sini, dampaknya kurang lebih seperti ketika Columbus mendarat di
benua Amerika yang malah merugikan penduduk pribuminya.
Hawking mengingatkan
bahwa kecerdasan buatan supercerdas sangat berperan penting dalam menentukan
nasib umat manusia. Ia menyatakan, "peluang manfaatnya sangat besar...
Penciptaan kecerdasan buatan akan menjadi peristiwa terpenting dalam sejarah manusia
dan mungkin peristiwa terakhir, kecuali kita belajar menghindari
risikonya."
Hawking berpendapat
bahwa virus komputer perlu dipertimbangkan sebagai benda hidup baru. Ia
mengatakan, "mungkin [virus komputer] merupakan pertanda sifat manusia.
Satu-satunya benda hidup yang kita ciptakan sejauh ini bersifat merusak. Kita
menciptakan kehidupan sesuai sifat kita sendiri [2]
0 Response to "Stephen Hawking Meninggal, Inilah Biografi Singkat dan Pandangan Nasib Umat Manusia Massa Depan Menurutnya!"
Posting Komentar