Skill Tingkat Dewa Cukup Tamat SMA, Begini Caranya...
Jangan Kuliah Jika.... Tapi Cukup tamat SMA yang Powerfull Jika..
Cara mendapatkan Skill Dewa Cukup Tamat SMA
Di lansir dari kompas,
Menaker mengatakan15,27 juta orang tenaga kerja lulusan perguruan tinggi, hanya
5,75 juta orang (37,65 persen) yang jurusan pendidikannya sesuai dengan
jabatannya. dapat di simpulkan sekitar 60% lulusan sarjana tidak bekerja pada bidangnya.
Selama ini kita mungkin
sudah menyaksikannya. Atau mungkin Anda sendiri mengalaminya.
Ada sarjana teknik yang
kerja di bagian keuangan bank. Ada lulusan pertanian yang kerja jadi sales.
Atau ada lulusan fakultas hukum yang jualan MLM.
Kenapa itu bisa terjadi?
Dan apa solusinya?
Fenomena lulusan sarjana
yang bekerja di area yang tidak sesuai dengan jurusannya saya kira memang
relatif banyak terjadi di sekitar kita.
Sebenarnya kejadian
mis-match semacam itu menimbulkan opportunity lost yang tidak sedikit. Ilmu
yang telah dipelajari selama 4 atau 5 tahun kuliah jadi tidak terpakai secara
optimal.
Bayangkan misalnya :
seorang sarjana teknik mesin (sebuah ilmu yang amat dibutuhkan negeri ini)
mendadak malah hanya jualan kopi. Kenapa dulu saat S1 dia tidak milih kuliah
saja di jurusan perkebunan kopi.
Atau bayangkan ada
lulusan sarjana pertanian (ilmu yang amat teramat penting bagi negeri ini juga)
mendadak hanya kerja di bagian customer service bank? Tidakkah ilmu pertanian
dengan segala perniknya yang dulu ia pelajari menjadi sia-sia.
Idealnya seseorang bisa
menekuni karir dan profesi yang sesuai dengan jurusan saat kuliah.
Seperti di katakan owner
blog strategi dan manjamen Yodhia Antariksa mengatakan"dulu saya kuliah S1
jurusan Manajemen dan S2 jurusan HR Management. Saat ini saya bekerja sebagai
konsultan manajemen SDM dan juga jualan ebook + kursus manajemen secara online.
Artinya profesi saya saat ini amat sesuai dengan jurusan kuliah yang dulu saya
tekuni. Ilmu yang saya pelajari benar-benar terpakai dalam karir saya saat
ini".
Kenapa lebih dari 60%
lulusan sarjana bekerja tidaks sesuai dengan jurusannya?
Ada dua faktor : faktor
eksternal dan internal.
Faktor eksternal
misalnya : ketersediaan lapangan kerja yang sesuai jurusannya masih terlalu
sedikit; atau malah tidak ada sama sekali.
Atau mungkin juga jumlah
lulusan dari fakultas tertentu terlalu banyak dan tidak sebanding dengan jumlah
lowongan yang tersedia untuk jurusan itu (akhirnya lulusannya bekerja di bidang
apa saja, asal tidak nganggur).
Faktor eksternal lain :
banyak juga perusahaan yang membuka lowongan tanpa melihat latar jurusan
(maksudnya semua jurusan bisa melamar posisi yang disediakan meski tidak begitu
sesuai dengan jurusan asal kuliah).
Percayalah : masa depan
ditentukan oleh DIRI KITA SENDIRI; dan jangan pernah mengharapkan pihak lain
atau faktor eksternal untuk mengubah nasib kita.
Mengharapkan faktor eksternal atau pihak lain untuk membantu mengubah nasib kita adalah bagaikan pungguk merindukan bulan. Terlalu lama menunggunya, ntar kita malah keburu pensiun atau bahkan mati duluan sebelum nasib kita bisa berubah.
Lebih fokus pada faktor
internal – sebab mengubah faktor ini lebih mudah karena berada dalam kendali
diri kita sendiri.
Ada dua faktor internal
yang krusial dan amat menentukan kenapa mayoritas orang kerja di area yang
tidak sesuai dengan jurusannya.
Faktor yang pertama saya
kira terletak pada kesalahan saat anak-anak lulusan SMA pertama kali memilih
jurusan kuliah yang ia tekuni.
Mungkin banyak anak
lulusan SMA yang milih jurusan kuliahnya tidak dengan pertimbangan jauh ke
depan. Mungkin sekedar karena pilihan orang tua. Mungkin juga karena ikut tren.
Saya kira pihak penyelenggaran
SMA harus lebih aktif memberikan bimbingan pada anak-anak kelas 3 SMA untuk
menentukan pilihan jurusan kuliahnya.
Cukup tamat SMA yang
Powerfull
Kini sudah era digital.
Sejatinya mayoritas anak kelas 3 SMA itu sudah cukup paham dengan apa yang dia
inginkan – atau apa yang menjadi passion dirinya dan kelak akan menjadi pilihan
karirnya saat usia 25an tahun.
Yodhia antariksa berpendapat jika : kalau ada anak kelas 3 SMA yang hobi fotografi, mungkin
akan lebih saya sarankan tidak kuliah S1 – tapi cukup kursus 1 tahun full dalam
bidang fotografi profesional (hasilnya lebih terasa daripada kuliah 4 tahun di
jurusan yang nggak jelas).
Atau kalau ada anak
kelas 3 SMA yang hobi dunia online – maka kursus internet marketing selama 1
tahun full rasanya akan jauh lebih powerful daripada kuliah 4 tahun di jurusan
yang tidak begitu ia senangi. Dia kuliah hanya karena tuntutan orang tua.
Atau kalau ada gadis
kelas 3 SMA yang suka dunia fashion, maka kuliah di D3 di jurusan tata busana
atau kursus di sekolah mode selama 1 tahun; akan jauh lebih impactful daripada
kuliah 4 tahun di jurusan Akuntansi, Komunikasi atau Hukum.
Lagi-lagi dia kuliah di
juruan yang salah mungkin karena “pakem yang salah kaprah” : bahwa setelah SMA
semua harus kuliah S1 – entah apapun jurusannya yang acap tidak sesuai dengan
passion anak itu. Atau mungkin sekedar ikut-ikutan pilihan temannya.
Dulu sejak sekolah SMA
saya memang sudah suka dengan dunia manajemen bisnis (saat jaman SMA, saya
rutin baca majalah bisnis SWA dan Warta Ekonomi).
Kalau mau kuliah di
jurusan Manajemen, dan kelak bisa kerja jadi konsultan manajemen. Pikiran dan
passion sejak masa SMA yang ternyata menjadi realitas. (vision)
Faktor internal kedua
yang mungkin juga menyebabkan kenapa mayoritas orang kerja di area yang tidak
sesuai juruannya : terlalu banyak orang yang mudah menyerah untuk
memperjuangkan impiannya. Ini faktor yang menurut saya paling krusial.
Percaya : pasti banyak
sarjana pertanian yang dulu punya impian untuk menjadi petani berdasi : punya
kebun yang memproduksi beragam produk pertanian yang sehat, organik, dan laris
manis.
Percaya : ada banyak
lulusan fakultas Hukum yang punya impian bisa membangun law firm yang kredibel
dan ternama.
Banyak anak jurusan
teknik atau ilmu-ilmu sosial yang punya mimpi untuk bisa bekerja di area yang
sesuai jurusannya, atau bahkan punya usaha sendiri dalam bidang yang dulu ia pelajari
selama bertahun-tahun kuliah.
But you know what?
Ribuan anak muda itu
terlalu cepat menyerah dalam berjuang mewujudkan impiannya. Aspirasi dan impian
anak-anak muda itu mudah takluk saat tuntutan ekonomi jangka pendek datang
menyergap.
Kebanyakan mereka
akhirnya memilih lowongan pekerjaan apa saja yang ada, meski tak sesuai
jurusan, daripada harus jadi pengangguran terdidik.
Entah kenapa kebanyakan
orang terlalu mudah menyerah untuk memperjuangkan impiannya. Mungkin karena
mereka tidak begitu yakin dengan impiannya.
Atau mungkin mereka
merasa tidak punya cukup kompetensi untuk wujudkan apa yang jadi cita-citanya.
Atau mungkin karena
mereka tidak punya kegigihan dan daya juang yang membara untuk membuat
impiannya jadi nyata.
Atau mungkin juga karena
kebanyakan orang punya pendapat klise dan gampangan : halah, yang penting kerja
dapat gaji, nggak usah terlalu mikir sesuai jurusan kuliah atau tidak.
Cara mendapatkan Skill Dewa...
Yang pertama : anak-anak
yang baru lulus SMA dan mau milih jurusan kuliah, harus mendasarkan pilihannya
pada apa yang menjadi passion atau MINAT dia; dan juga sudah meng-eksplorasi
apa yang kelak akan menjadi pilihan karir dia.
Yang kedua : jangan
terlalu cepat menyerah dalam berjuang wujudkan impian. Because life is too
short to sacrifice your beautiful dream.
Vision-Action-Passion
(VAP)
1 Response to "Skill Tingkat Dewa Cukup Tamat SMA, Begini Caranya..."
Pada dasarnya balik lagi ke orang tua yang mengambil peran penting dalam pertumbuhan anak, khususnya tahap anak menuju remaja.
Beberapa tamatan SMA yang bingung entah kemana karena kurangnya arahan dari orang tua, atau passionnya si anak yang ditentang orang tua.
Tulisannya bagus Mas Yis, salam kenal.
Posting Komentar